Langsung ke konten utama

Satu titik

Satu titik dimana aku, akhirnya...Kini ku menyadari kepergianmu memang membuatku bersedih. Dan sudah seharusnya aku mengerti bahwa yang pergi tak semuanya mempunyai jalan untuk kembali. Tunggu dulu. Bukan, bukan kembalimu yang ku ingini. Ini hanya kenyataan yang sudah aku hadapi.

Aku tahu mungkin cintaku untukmu melebihi cintaku pada penciptaMu, pencipta kita. Sehingga dengan kepergianmu Tuhan menyadarkan bahwa aku harus mencintai penciptaKu tak lebih dari kecintaanku kepada ciptaanNya.

Bangkit dari rasa sakit itu gak sebentar sayang. Aku harus membiasakan diri tanpa dirimu sampai akhirnya aku terbiasa dengan semua ini. Aku jalani hari-hariku seperti yang semestinya tanpa berharap tanpa ekspektasi karna berharap sama manusia itu banyak kecewanya dan tak seharusnya.

Ketika aku bersedih karna kepergianmu, aku ingat betul salah satu ayat dalam surah di Al-qur'an yaitu Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh) - (Ar-Ra'd:39)

Jika Tuhanku sudah berkata begitu dalam salah satu ayatnya. Kenapa aku harus menentang kenyataan apa yang telah Tuhan tetapkan untukku.

Seiring berjalannya waktu, kadang aku terhenti dan melihat sejauh mana aku mampu melewatinya. Tanpa ingin harus kembali ke masa itu. Aku hebat atas apa yang telah aku lewati. Aku kuat untuk menghadapi semua ini.

Terima kasih, untukmu.Atas kepergianmu setidaknya aku banyak belajar. Belajar untuk terus memperbaiki diri, belajar untuk menerima kenyataan, belajar untuk merelakan, belajar untuk meninggalkan yang tak seharusnya aku kerjakan, belajar untuk mengerjakan apa yang selama ini aku tinggalkan.

Aku tak ingin menggantikanmu dengan yang orang yang lebih baik. Yang aku ingini, aku ingin memperbaiki diri jadi yang lebih baik. Karna sesuatu yang baik, akan mengantarkan kearah yang lebih baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Bukan Aku by Aliciaandf

Perkenalkan ini "saya" bukan "aku" Dengan sakit kronis, sebab terkena tikaman tak kasat mata yang merangkul lalu menusuk . Dengan telinga menuli, mata memejam, dan hati lebam-lebam . Mengapa? Saya yang berdarah, Dia yang kamu rawat dengan cinta. Baiklah.. Tahun-tahun saya dan kamu sudah usang, hancur bahkan. Kamu baik selama itu. Tapi entah kenapa dimata ini pengkhianatan selalu menjijikan. Sengaja puisi ini tertulis "saya" . Karena "aku" terlalu akrab untuk kita yang terlanjur asing.

Aku Ini Siapa

Aku ini siapa? Terlalu dekat tapi tak punya tempat. Tidak asing tapi tak saling ingin. Aku ini siapa? Terlalu menaruh harap sampai lupa kalau kau tak terharap. Aku ini siapa? Yang memintamu lebih baik padahal kau sama sekali tak ingin lebih. Aku ini siapa? Terlalu ingin lebih tapi sayang nggak bisa memiliki. Aku ini siapa? Si keras kepala yang ingin memperjuangkan tapi bertepuk sebelah tangan. Aku ini siapa? Seorang yang selalu memintamu disini tapi kau memilih pergi.

Kenapa Memilih Pasangan yang Seprofesi

Kenapa kebanyakan dari mereka memilih pasangan yang seprofesi? Dulu selalu mikir, Oh kakaknya dokter pantas pasangannya dokter juga. Oh kakaknya anak kesehatan pantas pasangannya anak kesehatan pula. Oh kakaknya polisi pantas pasangannya polisi juga. Oh kakaknya koat pantas pasangannya setara dengan dia juga, atau bahkan lebih tinggi pangkatnya dari dia. Dan banyak lagi yang lainnya. Kisah-kisah seperti itu banyak sekali saya temukan di lingkungan. Tanpa pernah mencari tau kenapa harus seperti itu; kenapa mesti begitu. Selama ini hanya menerka-nerka tanpa pernah tau kenapa bisa seperti itu. Jodoh emang rahasia Tuhan yang menjadi ketetapan di kehidupan kita. Dan tidak sedikit dari kami yang melihat, pasti memberi kesimpulan, iyalah dia dokter pantas cari suaminya dokter juga (dan profesi yang lainnya). Kita hanya melihat dari segi profesi yang ia jalani. Tanpa pernah mikir sedikit pun bagaimana menjalani profesinya sehingga ia memilih pasangan yang seprofesi. Bertugas menjalank...