Langsung ke konten utama

Dua sisi

Dua sisi yang berbeda. Disanalah aku berada.

Disisi satu, aku telah melewati perjalanan yang cukup panjang dimana mereka telah menjadi saudara. Kita disatukan dikelas yang sama B-Pagi lebih tepatnya 2 tahun yang lalu. Sifat, kebiasaan, karakter, kebaikan dan pertengkaran yang berakhir baikkan juga pernah kami lalui. Jumlah kami yang sekarang tidak sebanyak jumlah kami waktu diawal masuk, sebagian dari kami ada yang keluar (gak kuliah lagi), pindah ke malam, cuti dan yang lainnya. 

Naif rasanya kalo membicarakan tempat baru tanpa rasa canggung diawal. Tanpa hari yang kami lewati, tanpa kejadian setiap harinya, tanpa perbincangan, tanpa tegur sapa, tanpa menceritakan lalu menertawakan, tanpa ledekan yang dilontarkan salah satu dari kami, mungkin kami tidak akan seakrab ini. Diawal semester, teman-temannya masih itu-itu aja, sampai pada akhirnya kami (hampir sebagian dari anak kelas) pergi rekreasi dan bermalam disana. Banyak cerita tentang tempat asal dari mereka masing-masing, bernyanyi lalu bermain games yang kalah bakal ada hukuman,cerita tentang pengalaman, bermain air, arum jeram dan berakhir makan siang dirumahku sebelum akhirnya pulang kerumah masing-masing.  Menurutku, dari perjalanan itulah aku ngerasa kalau kami itu saudara dan nggak seharusnya kami main kumpul berkelompok dan tidak menyatukan diri menjadi satu kesatuan. Tapi, tetap diantara semuanya pasti ada yang namanya teman dekat dimana mereka lebih banyak tau ceritamu dari pada yang lainnya.

Sampai pada akhirnya temanku mengeluarkan celotehan diantara banyak obrolan kami,

"Makin kesini makin taukan mana yang temen beneran mana yang enggak."
Mendengar celotehannya, responku nggak banyak, cuma senyum yang berujung ketawa sambil mikir iya emang bener apa yang dia bilang.

Disisi yang lain.

Kita udah sekampus lama, tapi baru disatukan dikelas yang sama lebih tepatnya. Disini aku belajar banyak hal. Ada yang selalu menjawab saat dosen melontarkan pertanyaan, ada yang menjatuhkan saat yang lain presentasi, ada yang menyelesaikan tiap pertanyaan sampai yang menanyakan memahami apa yang dia tanyakan, ada yang mengundang tawa saat pembahasan dimulai. Perjalanan kita belum panjang, tapi banyak cerita yang telah kami lewati. Pergantian relator sampai pergantian dosen yang pada akhirnya berujung perbandingan hahah maklum aja gimana pun kita mau yang mempermudah dalam kita belajar. Tanpa pemaksaan yang memaksakan Finansial, tanpa nasihat yang berujung merendahkan. 

Karna, kita juga disatukan dari latar yang berbeda. Ada yang finansial keluarganya diatas rata-rata yang mengeluarkan biaya apapun itu mudah tanpa berpikir panjang, ada yang menengah dan mungkin ada yang dibawah rata-rata dimana untuk kuliah aja mereka harus berjuang dengan susah payah. Bagaimana perasaan kami? kecewanya orang tua kami? jika mendengar celotehan,
"Jangan kuliah kalo nggak mampu beli buku?". Aku maklum aja sih kalo dosen menyarankan tanpa memaksakan kalau kuliah itu mesti punya buku pegangan minimal satu. Dizaman yang udah semodern ini seharusnya pemikiran juga makin terbuka, wawasan makin luas karna nggak hanya buku aja jendela ilmu, kita bisa buka internet untuk membaca, mencari tau, belajar apa yang kita tidak tahu. Rasanya sempit banget pemikiran kalo kita hanya memfokuskan pada satu buku. Bukannya pengarang buku, sumber dan para ahli itu banyak. Kita bisa memilih satu diantaranya yang mana menurut kita baik dan sesuai dengan ketentuan. Dari yang banyak pada akhirnya kita akan menyatukan untuk mengambil kesimpulan.

Pertanyaan yang mungkin kau lontarkan,
"Mana yang kamu pilih dari dua sisi ini?"

Dengan senyuman aku akan menjawab☺ "Aku akan pilih dua-duanya, karna dari dua sisi ini aku dibentuk menjadi sosok yang memfokuskan pada satu bidang, tanpa mereka dua aku takkan seperti ini."

Semangat, kerjasama, motivasi dan doa-doa yang kita semogakan. Semoga aku, kamu, kita atau kami semua menjadi sosok orang yang berguna untuk agama, masyarakat, membanggakan orang tua dan keluarga, dan dapat meraih cita-cita kita masing-masing. Awali dengan baik sehingga pada akhirnya kita bakal menjadi yang terbaik.



Salam sayangku,
untuk kalian semua teman-temanku.




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Bukan Aku by Aliciaandf

Perkenalkan ini "saya" bukan "aku" Dengan sakit kronis, sebab terkena tikaman tak kasat mata yang merangkul lalu menusuk . Dengan telinga menuli, mata memejam, dan hati lebam-lebam . Mengapa? Saya yang berdarah, Dia yang kamu rawat dengan cinta. Baiklah.. Tahun-tahun saya dan kamu sudah usang, hancur bahkan. Kamu baik selama itu. Tapi entah kenapa dimata ini pengkhianatan selalu menjijikan. Sengaja puisi ini tertulis "saya" . Karena "aku" terlalu akrab untuk kita yang terlanjur asing.

Aku Ini Siapa

Aku ini siapa? Terlalu dekat tapi tak punya tempat. Tidak asing tapi tak saling ingin. Aku ini siapa? Terlalu menaruh harap sampai lupa kalau kau tak terharap. Aku ini siapa? Yang memintamu lebih baik padahal kau sama sekali tak ingin lebih. Aku ini siapa? Terlalu ingin lebih tapi sayang nggak bisa memiliki. Aku ini siapa? Si keras kepala yang ingin memperjuangkan tapi bertepuk sebelah tangan. Aku ini siapa? Seorang yang selalu memintamu disini tapi kau memilih pergi.

Kenapa Memilih Pasangan yang Seprofesi

Kenapa kebanyakan dari mereka memilih pasangan yang seprofesi? Dulu selalu mikir, Oh kakaknya dokter pantas pasangannya dokter juga. Oh kakaknya anak kesehatan pantas pasangannya anak kesehatan pula. Oh kakaknya polisi pantas pasangannya polisi juga. Oh kakaknya koat pantas pasangannya setara dengan dia juga, atau bahkan lebih tinggi pangkatnya dari dia. Dan banyak lagi yang lainnya. Kisah-kisah seperti itu banyak sekali saya temukan di lingkungan. Tanpa pernah mencari tau kenapa harus seperti itu; kenapa mesti begitu. Selama ini hanya menerka-nerka tanpa pernah tau kenapa bisa seperti itu. Jodoh emang rahasia Tuhan yang menjadi ketetapan di kehidupan kita. Dan tidak sedikit dari kami yang melihat, pasti memberi kesimpulan, iyalah dia dokter pantas cari suaminya dokter juga (dan profesi yang lainnya). Kita hanya melihat dari segi profesi yang ia jalani. Tanpa pernah mikir sedikit pun bagaimana menjalani profesinya sehingga ia memilih pasangan yang seprofesi. Bertugas menjalank...