Semakin kesini makin meluas orang-orang aktif bersosial media. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Walau ada ukuran untuk punya e-mail di usia 17 tahun sayangnya banyak anak-anak dibawa umur sudah main sosial media.
Dengan sosial media kita jadi mudah untuk berkomunikasi, mencari teman lama, mencari keluarga, bahkan mencari tau orang-orang yang gak kita kenal (baca: kepoin orang).
Facebook:
Sosial media ini yang paling banyak digunakan hampir dari semua orang punya Facebook dan saya salah satu penggunanya. Walaupun banyak sosial media yang lainnya tapi di Facebook banyak banget penggunanya. Ditempat saya tinggal mulai dari anak-anak, orang tua, sampai yang udah menjadi kakek-nenek pun aktif bermain Facebook.
Saya kadang ketika buka Facebook, media sosial yang jarang saya gunakan sekarang, masih suka terkejut karna mereka udah main Facebook. Saya mulai menggunakan Facebook ketika saya duduk dibangku SMP kelas VIII lebih tepatnya. Itu juga karna mbak saya yang buatin. Awal menggunakan Facebook tidak jarang saya meng-update tiap kegiatan saya sampai saya SMK. Menceritakan setiap hal yang saya alami, tak jarang isinya jika saya stalking sekarang saya jadi malu. Malu pernah se-alay itu, malu pernah se-arogan itu, malu suka buat status marah gak jelas, malu status saya isinya tentang cinta padahal seusia itu belum paham cinta itu seperti apa.
Semakin kesini isi pertemanan di Facebook saya tidak hanya teman saya sekolah atau kuliah atau orang yang saya kenal tapi kebanyakan keluarga saya ada disitu. Tak jarang apa yang terjadi mereka jadikan status. Bukan maksud membatasi atau mengatur mereka. Tidak sama sekali. Saya senang jika mereka mengunggah foto keluarga dengan ekspresi wajah bahagia. Saya senang membaca status mereka yang bersyukur tentang apa yang mereka punya. Saya senang lebih gampang mengikuti perkembangan apa yang terjadi di daerah tempat saya tinggal ketika saya tidak berada di rumah. Saya bersyukur dengan melihat update status atau unggahan foto saya lebih mudah mengetahui mereka lagi dimana.
Sayangnya, ada sebagian dari mereka menggunakan Facebook untuk menceritakan atau menjelekkan orang lain. Menjadi ajang untuk menyampaikan kalo mereka sedang marah. Kalo mereka sedang ada masalah. Untuk menyindir ke siapa saja orang yang tidak mereka suka. Saya sebagai pembaca tentu gerah dong, mau marah tapi bukan tempatnya. Gak dibaca tapi muncul di timeline. Serba salah. Seharusnya mata saya bisa menentukan mana yang akan saya baca. Tapi bagaimana jika tak ingin membaca tapi kebaca. Kesel yang percuma bukan. Bukannya memperbaiki suasana malah memperburuk suasana. Bagaimana tidak memperburuk suasana, jika apa yang kamu buat seharusnya untuk satu orang jadi dibaca dan diketahui banyak orang. Semakin kesini semakin menjadi ketika kumpul kerumah sanak saudara, ibu saya yang tidak aktif Facebook dalam lingkaran persaudaraan, tante saya yang akan mengatakan "kak si dia buat status gini loh kak" dengan mendengar saja ibu saya bisa menyampaikan kegerahannya. Seharusnya datang kerumah sanak saudara menjadi ajang untuk bersilaturahmi sekarang malah membahas status Facebook yang dibuat. Menceritakan apa yang terjadi di kehidupan maya tanpa melihat apa yang kenyataan di dunia nyata. Berbanding terbalik lebih tepatnya.
Tidak hanya itu, banyak anak-anak dibawah umur belum bisa mempunyai KTP sekarang bahasanya luar biasa alaynya; luar biasa tidak ada sopan santunnya; luar biasa karna mengunggah atau mengupdate yang tidak sepantasnya. Rasanya saya ingin bisikan ketelinganya; aktif dalam bersosial media boleh dik tapi kita juga harus bijak dalam bermedia sosial.
Mungkin apa yang menjadi kegerahan saya; mereka yang atasan saya yang lebih dulu menggunakan Facebook juga pernah gerah waktu dimana saya puber. Yang menjadi alay pada waktu itu tidak sekarang yaa. hahaha. Bukan saya tak ingin menggunakan Facebook lagi, saya hanya ingin apa yang saya alami cukup saya aja yang mengetahui dan orang-orang di sekitar saya. Dan bukan juga tak ingin membagi kebahagiaan atau apa yang saya pikirkan. Hanya saja sekarang saya hanya akan mengupdate apa yang menurut saya pantas untuk dilihat banyak orang; dibaca oleh banyak orang. Saya berpikir tidak semua orang harus tau apa yang saya alami. Karna tidak dari semua mereka yang tau akan mempunyai rasa simpati dan empati.
Jika kamu marah dan ingin menyampaikan kemarahanmu dengan status yang akan kamu update. Hanya saja saya akan berpesan ketiklah apa yang menjadi kemarahanmu, tapi jangan tekan kirim. Simpan sebagai draft jika amarahmu sudah reda ada baiknya kamu baca ulang apa yang udah kamu ketik dan berpikir apa pantas kemarahanmu di publikasikan. Untuk dibaca banyak orang atau bahkan di kepoin dengan pertanyaan kenapa? Ada apa? Siapa orangnya?
Akan lebih baik jika kamu punya masalah dan menyelesaikan masalah dengan orang tersebut secara langsung. Bukan dengan pengaduan yang mereka lihat. Dengan banyak orang yang menyampuri yang bukan urusannya, bukan masalahnya jadi selesai yang ada malah makin merunyam.
Apa yang kamu buat mungkin bisa kamu hapus. Tapi apa yang telah mereka baca dan tersimpan dalam ingatannya kamu tidak akan mampu menghapusnya. Tidak, tidak sama sekali.
Maka dari itu mulailah membagikan sesuatu postingan yang baik, yang bisa memotivasi, yang bisa membuat senang orang yang melihatnya. Bukan kebalikannya.
Dengan sosial media kita jadi mudah untuk berkomunikasi, mencari teman lama, mencari keluarga, bahkan mencari tau orang-orang yang gak kita kenal (baca: kepoin orang).
Facebook:
Sosial media ini yang paling banyak digunakan hampir dari semua orang punya Facebook dan saya salah satu penggunanya. Walaupun banyak sosial media yang lainnya tapi di Facebook banyak banget penggunanya. Ditempat saya tinggal mulai dari anak-anak, orang tua, sampai yang udah menjadi kakek-nenek pun aktif bermain Facebook.
Saya kadang ketika buka Facebook, media sosial yang jarang saya gunakan sekarang, masih suka terkejut karna mereka udah main Facebook. Saya mulai menggunakan Facebook ketika saya duduk dibangku SMP kelas VIII lebih tepatnya. Itu juga karna mbak saya yang buatin. Awal menggunakan Facebook tidak jarang saya meng-update tiap kegiatan saya sampai saya SMK. Menceritakan setiap hal yang saya alami, tak jarang isinya jika saya stalking sekarang saya jadi malu. Malu pernah se-alay itu, malu pernah se-arogan itu, malu suka buat status marah gak jelas, malu status saya isinya tentang cinta padahal seusia itu belum paham cinta itu seperti apa.
Semakin kesini isi pertemanan di Facebook saya tidak hanya teman saya sekolah atau kuliah atau orang yang saya kenal tapi kebanyakan keluarga saya ada disitu. Tak jarang apa yang terjadi mereka jadikan status. Bukan maksud membatasi atau mengatur mereka. Tidak sama sekali. Saya senang jika mereka mengunggah foto keluarga dengan ekspresi wajah bahagia. Saya senang membaca status mereka yang bersyukur tentang apa yang mereka punya. Saya senang lebih gampang mengikuti perkembangan apa yang terjadi di daerah tempat saya tinggal ketika saya tidak berada di rumah. Saya bersyukur dengan melihat update status atau unggahan foto saya lebih mudah mengetahui mereka lagi dimana.
Sayangnya, ada sebagian dari mereka menggunakan Facebook untuk menceritakan atau menjelekkan orang lain. Menjadi ajang untuk menyampaikan kalo mereka sedang marah. Kalo mereka sedang ada masalah. Untuk menyindir ke siapa saja orang yang tidak mereka suka. Saya sebagai pembaca tentu gerah dong, mau marah tapi bukan tempatnya. Gak dibaca tapi muncul di timeline. Serba salah. Seharusnya mata saya bisa menentukan mana yang akan saya baca. Tapi bagaimana jika tak ingin membaca tapi kebaca. Kesel yang percuma bukan. Bukannya memperbaiki suasana malah memperburuk suasana. Bagaimana tidak memperburuk suasana, jika apa yang kamu buat seharusnya untuk satu orang jadi dibaca dan diketahui banyak orang. Semakin kesini semakin menjadi ketika kumpul kerumah sanak saudara, ibu saya yang tidak aktif Facebook dalam lingkaran persaudaraan, tante saya yang akan mengatakan "kak si dia buat status gini loh kak" dengan mendengar saja ibu saya bisa menyampaikan kegerahannya. Seharusnya datang kerumah sanak saudara menjadi ajang untuk bersilaturahmi sekarang malah membahas status Facebook yang dibuat. Menceritakan apa yang terjadi di kehidupan maya tanpa melihat apa yang kenyataan di dunia nyata. Berbanding terbalik lebih tepatnya.
Tidak hanya itu, banyak anak-anak dibawah umur belum bisa mempunyai KTP sekarang bahasanya luar biasa alaynya; luar biasa tidak ada sopan santunnya; luar biasa karna mengunggah atau mengupdate yang tidak sepantasnya. Rasanya saya ingin bisikan ketelinganya; aktif dalam bersosial media boleh dik tapi kita juga harus bijak dalam bermedia sosial.
Mungkin apa yang menjadi kegerahan saya; mereka yang atasan saya yang lebih dulu menggunakan Facebook juga pernah gerah waktu dimana saya puber. Yang menjadi alay pada waktu itu tidak sekarang yaa. hahaha. Bukan saya tak ingin menggunakan Facebook lagi, saya hanya ingin apa yang saya alami cukup saya aja yang mengetahui dan orang-orang di sekitar saya. Dan bukan juga tak ingin membagi kebahagiaan atau apa yang saya pikirkan. Hanya saja sekarang saya hanya akan mengupdate apa yang menurut saya pantas untuk dilihat banyak orang; dibaca oleh banyak orang. Saya berpikir tidak semua orang harus tau apa yang saya alami. Karna tidak dari semua mereka yang tau akan mempunyai rasa simpati dan empati.
Jika kamu marah dan ingin menyampaikan kemarahanmu dengan status yang akan kamu update. Hanya saja saya akan berpesan ketiklah apa yang menjadi kemarahanmu, tapi jangan tekan kirim. Simpan sebagai draft jika amarahmu sudah reda ada baiknya kamu baca ulang apa yang udah kamu ketik dan berpikir apa pantas kemarahanmu di publikasikan. Untuk dibaca banyak orang atau bahkan di kepoin dengan pertanyaan kenapa? Ada apa? Siapa orangnya?
Akan lebih baik jika kamu punya masalah dan menyelesaikan masalah dengan orang tersebut secara langsung. Bukan dengan pengaduan yang mereka lihat. Dengan banyak orang yang menyampuri yang bukan urusannya, bukan masalahnya jadi selesai yang ada malah makin merunyam.
Apa yang kamu buat mungkin bisa kamu hapus. Tapi apa yang telah mereka baca dan tersimpan dalam ingatannya kamu tidak akan mampu menghapusnya. Tidak, tidak sama sekali.
Maka dari itu mulailah membagikan sesuatu postingan yang baik, yang bisa memotivasi, yang bisa membuat senang orang yang melihatnya. Bukan kebalikannya.
Komentar
Posting Komentar