Langsung ke konten utama

Tentang kritikan

Kritikan seharusnya dapat membangun untuk mereka yang dikritik tapi sayangnya gak sedikit dari mereka jika mengkritik itu menjatuhkan semangat. Iya aku sangat sadar itu.

Jika kita mengkritik kita tak perlu memikirkan apa yang terjadi setelah kita mengucapkan itu. Nggak semua orang langsung bangkit, langsung memikirkan langkah apa yang akan dilakukan, menemukan jalan keluar setelah menerima kritikan.

Logikanya,
Mengkritik seseorang nggak perlu alat bantu kita sudah bisa menilai tentang fisik, tentang apa yang dibuat, tentang kesalahan, tentang kekurangan, dll. Sedangkan untuk diri sendiri kita setidaknya perlu alat bantu kaca untuk menilai dari fisik kita.

Lebih gampang mengkritik kesalahan orang lain dari pada kesalahan diri sendiri. Sederhananya kita nggak bisa menilai diri kita sendiri, yang menilai kita juga orang lain.

Seharusnya ketika kita mengkritik, kita bisa membangkitkan semangatnya, memberitahu kesalahannya, memberi saran agar dia lebih baik kedepannya.

Ingat,
Setiap orang itu berbeda, sampaikanlah dengan kata yang baik agar dia lebih baik. 




Tutud Dwi Lestarie☺

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Bukan Aku by Aliciaandf

Perkenalkan ini "saya" bukan "aku" Dengan sakit kronis, sebab terkena tikaman tak kasat mata yang merangkul lalu menusuk . Dengan telinga menuli, mata memejam, dan hati lebam-lebam . Mengapa? Saya yang berdarah, Dia yang kamu rawat dengan cinta. Baiklah.. Tahun-tahun saya dan kamu sudah usang, hancur bahkan. Kamu baik selama itu. Tapi entah kenapa dimata ini pengkhianatan selalu menjijikan. Sengaja puisi ini tertulis "saya" . Karena "aku" terlalu akrab untuk kita yang terlanjur asing.

Aku Ini Siapa

Aku ini siapa? Terlalu dekat tapi tak punya tempat. Tidak asing tapi tak saling ingin. Aku ini siapa? Terlalu menaruh harap sampai lupa kalau kau tak terharap. Aku ini siapa? Yang memintamu lebih baik padahal kau sama sekali tak ingin lebih. Aku ini siapa? Terlalu ingin lebih tapi sayang nggak bisa memiliki. Aku ini siapa? Si keras kepala yang ingin memperjuangkan tapi bertepuk sebelah tangan. Aku ini siapa? Seorang yang selalu memintamu disini tapi kau memilih pergi.

Kenapa Memilih Pasangan yang Seprofesi

Kenapa kebanyakan dari mereka memilih pasangan yang seprofesi? Dulu selalu mikir, Oh kakaknya dokter pantas pasangannya dokter juga. Oh kakaknya anak kesehatan pantas pasangannya anak kesehatan pula. Oh kakaknya polisi pantas pasangannya polisi juga. Oh kakaknya koat pantas pasangannya setara dengan dia juga, atau bahkan lebih tinggi pangkatnya dari dia. Dan banyak lagi yang lainnya. Kisah-kisah seperti itu banyak sekali saya temukan di lingkungan. Tanpa pernah mencari tau kenapa harus seperti itu; kenapa mesti begitu. Selama ini hanya menerka-nerka tanpa pernah tau kenapa bisa seperti itu. Jodoh emang rahasia Tuhan yang menjadi ketetapan di kehidupan kita. Dan tidak sedikit dari kami yang melihat, pasti memberi kesimpulan, iyalah dia dokter pantas cari suaminya dokter juga (dan profesi yang lainnya). Kita hanya melihat dari segi profesi yang ia jalani. Tanpa pernah mikir sedikit pun bagaimana menjalani profesinya sehingga ia memilih pasangan yang seprofesi. Bertugas menjalank...